NILAI KEMANUSIAAN DAN SPIRITUAL DALAM DUNIA KEDOKTERAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Blok PDSKE tentang terapan nilai-nilai spiritual, kemanusiaan dalam dunia kedokteran. Dalam pembelajaran kedokteran ini nilai-nilai kemanusiaan dan spiritual sangat dibutuhkan karena dokter harus mempunyai nilai-nilai tersebut. Tanpa nilai-nilai tersebut nilai-nilai etik dalam kedokteran akan terabaikan dan bisa disalahgunakan sehingga bisa merugikan umat manusia. Selain itu nilai spiritual dan kemanusiaan sangat diperlukan dokter karena selain pelayanan medis yang diberikan dokter seharusnya juga bisa memberi pelayanan spiritual kepada pasien agar terjadi keseimbangan antara kesehatan fisik dan mental pasien.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja potensi yang ada pada diri manusia?
2. Apakah nilai spiritual itu?
3.Apakah nilai kemanusiaan itu?
4. Apa hubungan spiritual dengan kesehatan jiwa?
5. Apa saja macam-macam pengaplikasian nilai-nilai kemanusiaan dan spiritual dalam dunia kedokteran?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat selain untuk memenuhi tugas Blok PDSKE juga bertujuan untuk mengetahui guna dan manfaat dari nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan pada dunia kedokteran baik untuk mendukung profesi kedokteran dan pengobatan.
1.4 Manfaat Penulisan
Meyumbangkan sedikit pengetahuan kepada masyarakat khususnya yang bergerak dalam bidang kesehatan agar mengetahui peranan nilai-nilai kemanusian dan spiritual dan diharapkan bisa diterapkan dalam dunia kedokteran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Potensi Manusia
2.1.1 Kecerdasan Intelektual (IQ)
Secara umum IQ mencakup pada aspek; Logic-Matematik dan Linguistik-Verbal. Kecerdasan inteligensi yang selalu diberdayakan akan membantu seseorang dalam memahami, menganalisis,berbicara, menghitung dan bepikir. (IQ) terletak di lapisan otak yang disebut NEUCORTEX. Kecerdasan IQ tidak bisa ditingkatkan atau diubah lagi. Semisal bila IQ kita 115 maka ketika sudah tua nanti IQ kita juga akan sama. Tapi perlu dipahami bahwa, berdasarkan penelitian kecerdasan IQ hanya bisa mengantarkan orang-orang pada keberhasilan hidup maksimal 20%. Maka kita perlu menggali potensi kecerdasan emosional.
2.1.2 Kecerdasan Emosional (EQ)
banyak contoh dimasyarakat orang yang mempunyai kecerdasan intelektual rendah justru lebih sukses dalam kehidupannya dibanding orang yang mempunyai tingkat intelektual yang lebih tinggi. Tapi pada kenyataannya sistem pendidikan kita masih berpusat pada IQ, padahal kecerdasan emosional juga sangat dibutuhkan. Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengendalikan,memahami,dan bersikap dalam menghadapi suatu masalah. Kecerdasan emosional terdapat pada sistem limbik yang berfungsi mengendalikan perasaan manusia. Apabila kita bisa mengendalikan, memahami dan bersikap dengan baik dalam menghadapi suatu masalah keberhasilan pun Insyaallah akan mudah dicapai.
2.1.3 Kecerdasan Spiritual (SQ)
Kecerdasan spiritual merupakan temuan terkini secara ilmiah, yang pertama kali digagas oleh Danah Zohar dan Ian Marshall, masing-masing dari harvard university dan oxford university. kecerdasan spiritual terletak pada lapisan otak God Spot. Kecerdasan spiritual sangat dibutuhkan manusia dalam kehidupan ini agar terjadi keseimbangan vertikal dan horizontal. Hubungan antara kita dengan Tuhan perlu ditumbuhkan agar manusia memahami hakikat kehidupan ini. “Tidakkah aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembahKu”(QS Azzariyat:56)
Jadi manusia harus mempunyai mening dan value dalam setiap langkah hidupnya. Tidak hanya berkualitas prima, berkesesuaian dengan masyarakat tetapi juga harus memahami makna dan hakikat kehidupan.
2.2 Nilai-Nilai Spiritual
Spiritual bagi seseorang merupakan kebutuhan dan kewajiban karena sebagai fitrah manusia dan sebagai pelaksanaan perjanjian fundamental antara manusia dan Tuhan di alam ruh. Sebagaimana Allah berfirman: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) :” Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan :”Sesungguhnya kami (keturunan adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).”(Q.7:172). Secara fitrah manusia memiliki kesiapan untuk bertauhid, mendekatkan diri kepada Tuhan, kembali kepada Tuhan, meminta pertolongan Tuhan, ketika dihadapkan dalam suatu masalah termasuk sakit.
Apabila seseorang dinyatakan sakit sering menimbulkan keguncangan mental dan spiritual. Dengan santunan spiritual akan dapat menyebabkan kembali kepada Allah dan ingat Allah (dzikrullah). Dengan dzikrullah dapat menjadi tenang dan tenteram.
Keberhasilan santunan spiritual dipengaruhi oleh dua hal yaitu titik Tuhan (god spot) dan suara hati spiritual. Suara hati spiritual akan mempengaruhi emosi terkendali dan tidak terkendali. Emosi terkendali menghasilkan pikiran merasa tenang dan tentram.
Dengan santunan spiritual paling tidak pasien mengetahui bahwa sakit merupakan cobaan dari Allah dan Allahlah yang menyembuhkan.
Keberhasilan santunan spiritual dipengaruhi oleh dua hal yaitu titik Tuhan (god spot) dan suara hati spiritual. Suara hati spiritual akan mempengaruhi emosi terkendali dan tidak terkendali. Emosi terkendali menghasilkan pikiran merasa tenang dan tentram.
Dengan santunan spiritual paling tidak pasien mengetahui bahwa sakit merupakan cobaan dari Allah dan Allahlah yang menyembuhkan.
Hubungan nilai-nilai spiritual dengan kesehatan jiwa
Seseorang mempunyai kondisi jiwa yang sehat karena perasaan, pikiran dan fisik juga sehat. Selain itu nilai-nilai spiritual juga sangat berpengaruh pada kesehatan jiwa karena ia tidak akan mengalami goncangan-goncangan, kekacauan jiwa, ataupun penyakit kejiwaan seperti kegilaan, stress, frustasi. Sebagai contoh seorang siswi yang diputus oleh pacarnya dan dia sangat terpukul atas kejadian itu. Karena tidak kuat menahan emosinya dia akhirnya mengakhiri hidupnya. Ini bukti kalau tingkat spiritualnya rendah, mudah terombang ambing keadaan, tidak mempunyai mental yang kuat dalam menghadapi suatu masalah karena dia tidak memiliki pedoman hidup.
Bila spiritual seseorang kuat maka jiwanya pun akan sehat karena ia memiliki keyakinan dalam menghadapi suatu permasalahan sehingga ia bisa mengatasi permasalahannya dengan baik tanpa menimbulkan gangguan kejiwaan yang berat.
2.3 Nilai-Nilai Kemanusiaan dalam kedokteran
Berbicara tentang nilai kemanusiaan berarti berbicara tentang beberapa aspek yang memiliki pengertian yang saling berkaitan, di antaranya mengenai humanisme, etika, kebudayaan dan perilaku. Humanisme sendiri adalah aliran yang bertujuan menghidupkan rasa perikemanusiaan/mencita-citakan pergaulan yang lebih baik. Ada juga yang berpendapat humanisme sebagai sikap/tingkah laku mengenai perhatian manusia dengan menekankan pada rasa belas kasih serta martabat individu.
Pengertian etika yang dipahami lebih luas di kalangan medis selama ini selalu menjadi jargon seorang dokter. Etika dalam kedokteran merupakan prinsip-prinsip mengenai tingkah laku profesional yang tepat berkaitan dengan hak dirinya sebagai dokter, hak pasiennya, hak teman sejawatnya maupun hak orang lain.
Bila dikaitkan dengan kebudayaan, dokter adalah suatu profesi yang berhubungan langsung dengan manusia sebagai lawan interaksinya dalam konteks makhluk yang sama berbudaya. Karena itu seorang dokter harus mengetahui segala hal yang berkaitan dengan manusia, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Untuk membangun nilai-nilai sosial itu agar tetap menjadi landasan bagi setiap dokter dalam menjalani kehidupan profesinya yang luas, maka disinilah pengetahuan kebudayaan menjadi konsep dasar dalam membangun jati diri sebagai petugas layanan kesehatan.
Nilai-nilai kemanusiaan ini diharapkan bisa diterapkan dalam praktek kedokteran, pelayanan kesehatan, pendidikan kedokteran, penelitian sehingga ilmu kedokteran bisa memberi pelayanan optimal kepada masyarakat tanpa adanya penyimpangan-penyimpangan ataupun penyalahgunaan ilmu-ilmu kedokteran untuk hal-hal yang melanggar nilai-nilai kemanusiaan.
2.4 Pendekatan Kemanusiaan dan Spiritual dalam Dunia Kedokteran
Pendekatan spiritual di Rumah Sakit
Rumah sakit berkewajiban memberi pelayanan kesehatan. Pelayanan diwujudkan dengan upaya penyembuhan pasien(kuratif), pemulihan pasien(rehabilitatif), yang ditunjang dengan upaya peningkatan kesehatan(promotif) dan pencegahan penyakit(preventif) secara menyeluruh dengan pendekatan biopsikososiospiritual sebagaimana telah disebutkan oleh WHO. Dalam hal ini spiritual menjadi kebutuhan yang perlu dalam pelayanan Rumah Sakit.
Pendekatan spiritual disini berfokus pada tujuan dan arti hidup manusia dan hubungannya kepada Tuhan. Pasien dan keluarga pasien diajak untuk lebih siap menerima kondisi yang terjadi. Di RS Al Islam Bandung teknis pelaksanaan pendekatan spiritualnya dilakukan dengan membekali perawat dan tenaga kerohanian dengan tiga buku pegangan, yakni SKP (Santunan Kerohanian Pasien), TIP (Tuntunan Ibadah Pasien), dan BSM (Bimbingan Sakaratul Maut) bagi pasien-pasien terminal. Dengan demikian, pasien akan tetap melaksanakan ibadahnya sesuai dengan ketiga buku pedoman itu walaupun mereka sedang sakit.
Untuk kunjungan dan bimbingan kerohanian ini, dilakukan dua kali dalam sehari, pagi dan sore.
Sebanyak 209 pasien yang dirawat selama tiga bulan di Ruang Perawatan Firdaus III RS Al Islam Bandung rata-rata mengalami penurunan tingkat kecemasan. Mereka dapat melaksanakan ibadah sesuai dengan kadar kemampuannya dan cenderung tenang. Mereka tidak mengalami stress (kecemasan) seperti pada pasien yang tidak termasuk pilot project program tersebut.
Euthanasia dalam praktik kedokteran
Di zaman modern ini banyak permasalahan-permasalahan manusia karena kemajuan teknologi yang semakin canggih sehingga nilai-nilai kemanusiaan semakin tergeser. Diantara semua permasalahan ini euthanasia salah satunya. Euthanasia adalah pengakhiran hidup manusia karena berbagai pertimbangan untuk mengakhiri penderitaan pasien dan meringankan beban keluarganya atas penyakit yang tidak kunjung sembuh.
Euthanasia menjadi topik yang masih diperdebatkan di dunia ini karena selain mencakup sisi medis tetapi juga kemanusiaan, sosial, agama dan yuridis yang masih menimbulkan rasa ketidakpuasan, dan belum dapat menjawab secara tepat dan objektif.
Hak untuk hidup adalah hak yang paling asasi bagi semua mahluk, lebih-lebih bagi manusia. Seperti yang telah disebutkan dalam pernyataan umum hak-hak manusia (Universal Declaration of Human Rights) pada Pasal 3 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak akan hidup, akan kemerdekaan da keamanan bagi dirinya. Berhubungan dengan pasal tersebut ada kaitannya, yakni beberapa pasal dalam UUD 1945 yang memuat hak-hak asasi manusia, yaitu seperti hak setiap warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan, berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, hak berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pendapat, berhak hidup sejahtera lahir dan batin, hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, dan masih banyak ketentuan UUD 1945 yang mengatur hak-hak manusia.
Menyinggung masalah hak-hak asasi manusia, maka akan terlintas dalam pikiran kita bahwa hak untuk hidup adalah termasuk di dalamnya. Timbul suatu pertanyaan bagaimana hak untuk hidup bila dikaitkan dengan masalah euthanasia. Dengan pengertian lain seorang dokter, umumnya tenaga kesehatan memang menghadapi yang menempatkan seorang pasien menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan lagi. Misalnya saja seorang penderita kanker pada stadium yang sudah parah yang kondisinya sangat menderita, baik secara fisik, batin maupun materi. Melihat kondisi demikian ini, baik keluarga pasien maupun dokter yang merawatnya terkadang tidak tega, sehingga akhirnya sama-sama sepakat untuk mempercepat kematiannya yaitu dengan jalan memberikan obat dengan dosis yang berlebihan. Keadaan demikian inilah yang disebut dengan euthanasia.
Belum jelasnya dasar hukum euthanasia menjadikan perdebatan berbagai pihak tetapi yang jelas euthanasia dari segi nilai-nilai kemanusaiaan sangat betrentangan karena
telah merampas kebebasan untuk hidup seseorang dan hak untuk mempertahankan hidupnya.
Belum jelasnya dasar hukum euthanasia menjadikan perdebatan berbagai pihak tetapi yang jelas euthanasia dari segi nilai-nilai kemanusaiaan sangat betrentangan karena
telah merampas kebebasan untuk hidup seseorang dan hak untuk mempertahankan hidupnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Permasalahan-permasalahan dalam dunia kedokteran begitu kompleks. Tidak hanya penanganan medis saja yang diperlukan dalam pengobatan pasien tetapi aspek spiritual juga sangat diperlukan karena keseimbangan kesehatan antara jiwa dan fisik manusia harus berimbang. Seperti kata pepatah “di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”. Maka dari itu selain kemampuan medis dalam dunia kedokteran juga dibutuhkan pendekatan spiritual dalam pembelajarannya.
Dalam kedokteran tidak lepas dari nilai kemanusiaan karena dokter dihasilkan untuk pengabdian dan kemanusiaan. Nilai-nilai seperti hubungan dengan pasien, keluarga pasien, teman sejawat sangat diperlukan agar terjalin hubungan yang harmonis sehingga dapat menghasilkan pelayanan yang prima. Selain itu nilai-nilai kemanusiaan sangat diperlukan agar tidak terjadi penyalahgunaan, penyimpangan dan batasan-batasan moral dalam ilmu kedokteran.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai spiritual dan kemanusaiaan sangat diperlukan dalam dunia kedokteran agar tercipta pelayanan kesehatan yang prima tanpa mengesampingkan kebutuhan dasar manusia dan kode etik kedokteran.
sumber : http://mathusen.blogspot.com/2009/10/nilai-kemanusiaan-dan-spiritual-dalam.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar